Senin, 10 Oktober 2011

Tak Akan Patah di Sini

Senjanya yang gelap mengaburkan pandanganku.
Seberkas cahaya yang melitas, hanya membuat semakin nanar dan melukai retina.
Ragu siapa dia,tapi ku yakin ada seseorang yang mengenggam tanganku.
Orang yang mungkin tak akan pernah aku tahu namanya.
Tangannya yang terasa lembut, namun sangat kokoh.
Cukup kokoh untuk menarikku hingga berdiri kembali.
Saat kurasakan genggamannya mulai merengggang,
Saat itu lah dia hilang dari pandangan.
Cepat sekali dia lenyap, tak berbekas, tanpa jejak.
Bahkan ku tak sempat mendengar langkah kakinya saat dia pergi menjauh.
Aku berdiri namun terhenti, tak tahu kemana harus pergi.

Kuulangi lagi langkah-langkah kakiku.
Hanya lurus, lurus dan lurus.
Gontai tapi sedikit tenang.
Yakin ku, sosok misterius tadi kan kembali jika aku terjatuh lagi.
Menggenggam tanganku, mengangkatku tuk berdiri.
Saat terulang momen itu, tak akan ku lepaskan genggaman.
Ku ingin setidaknya mengucap terima kasih dan memandang wajahnya.
Hanya untuk pengingat semua kebaikannya.

Dan benar saja aku kembali tersungkur.
Lututku yang seakan layu tak mampu lagi menjejak.
Sejenak ku putuskan tuk tetap terdiam berbaring di tanah.
Berharap sosok tersebut kembali hadir.

Inginku pun hanya menjadi khayalan.
Dia tak pernah muncul, tanda bayangnya saja tak tampak.
Bodoh memang jika harus mengharapkan uluran tangan orang lain.
Dalam kondisi seperti ini, pada sosok yang antah berantah pula.
Sunggug tak layak.
Punggungku terasa dingin, entah berapa lama aku terkapar.
Aku enggan patah dan menyerah di sini.
Kan kulanjutkan perjalanan ini, meskipun aku harus meranggak.

Jauh, sama sekali tak tampak bahwa aku telah dekat dengan rumah.
Aroma khas yang bisa kurasakan saat pulang pun belum tercium.
Dimana aku, apakah aku tersesat, atau memang masih jauh yang ku tuju.
Saat ini aku hanya ingin pulang.
Bertemu dan bermanja-manja dalam dekap ratu ku.
Aku rindu melihatnya bercengkrama dengan ikan-ikannya.
Rindu melihat gerombolan kupu-kupu yang membentuk tiara di kepalanya.
Rindu mencicipi minuman hitam pekat racikannya.
Tuhan…aku benar-benar ingin pulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar